Opini  

Antara Selangor dan Makassar: Indonesia-Malaysia Pasca Kunjungan Menhan

Penulis: Ismail Suardi Wekke
(Direktur Ahmad Amiruddin Fellowship)

SULSELNEWS.id – Usai kunjungan ke Tiongkok, dan Jepang, Mentri Pertahanan RI, Prabowo Subianto, yang juga Presiden Terpilih, mengakhiri rangkaian aktivitas dengan lawatan di Malaysia.

Dua wilayah utama yang dijadikan sasaran pertemuan, Kuala Lumpur (Putra Jaya), dan Subang (Selangor). Dalam kaitan tema kali ini, maka khusus menyoroti terkait dengan Selangor. Dimana Sultan Selangor, diantara raja keturunan Bugis.

Sehingga dapat menjadi jalinan kultural antara Indonesia-Malaysia melalui Makassar-Selangor sebagai ibukota provinsi Sulawesi Selatan dan Selangor sebagai negeri yang termaju di Malaysia.

Jalinan keduanya dalam skala regional, tidak saja untuk kepentingan kultural sebagaimana disebutkan. Tetapi juga dapat menjadi kesempatan untuk mengukuhkan kerjasama lainnya, seperti pendidikan, industry halal, dan juga aktivitas keagamaan. Sulawesi Selatan dan Selangor memiliki rekam jejak dan juga wawasan pembangunan berkelanjutan terkait dengan budaya dan keagamaan.

Salah satu contoh yang dikemukakan bagaimana Selangor menjadi pengumpul zakat terbesar di Malaysia. Ini dapat menjadi contoh baik bagi Sulawesi Selatan yang juga memiliki semangat kultural dimana sering disematkan sebagai Serambi Madinah.

Sekalipun tidak dalam rumpun Sultan Selangor secara khusus, kaitan Bugis Indonesia-Malaysia juga dapat terlihat dari silsilah Datuk Seri Najib Tun Razak (Perdana Mentri VI). Ayahya, Tun Razak, Perdana Mentri Malaysia II, telah dijadikan nama jalan di sempadan Makassar-Gowa.

Ini sebagai apresiasi saat itu, kunjungan Najib dimasa menjabat Perdana Mentri berkunjung ke Makassar-Gowa (2009). Disusul dengan adik bungsunya Dato’ Seri Mohd Nazir bin Tun Abdul Razak (2013). Ayah Najib masih keturunan salah satu dari putra Sultan Abdul Djalil merantau ke Pahang, Malaysia.

Diantara sultan di Malaysia yang merupakan keturunan Bugis, Sultan Johor, dan Sultan Selangor, silsilahnya dijadikan sebagai bahan pelajaran di bangku sekolah. Merekapun tetap menisbatkan Bugis sebagai bagian dari identitas.

Kembali soal Selangor dan Makassar, salah satu kenangan masa lalu dimana ada seorang dosen Institut Teknologi Bandung yang ditugaskan di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Usai penugasan di UKM, kemudian menempati posisi sebagai rektor Universitas Hasanuddin.

Dimana dalam masa kepemimpinan Ahmad Amiruddin berhasil memindahkan lokasi kampus yang awalnya berada di Baraya, kemudian ditempatkan di Tamalanrea yang sampai kini masih di sana.

Proses pindah kampus itu banyak dikecam dan dipertanyakan. Namun, menjawabnya dengan keteguhan dan konsistensi. Sampai kemudian, salah satu cara menjawab pesimisme itu dengan kesediaan BJ Habibie terjun ke danau kalau saatnya nanti pembangunan telah selesai.

Sekalipun awalnya hanya bergurau, tetapi selanjutnya ini menjadi nazar. Akhirnya, ditunaikan pada Mei tahun 1991. Usai meresmikan kampus Unhas, BJ Habibie secara sengaja mendorong dua mahaguru besar Prof Ahmad Amiruddin dan Prof Makagiansar ke danau Unhas Tamalanrea.

Sepulang dari Malaysia dan saat bertugas di Universitas Hasanuddin, menerima anugerah berupa doctor honoris causa dari UKM (1976). Ini untuk mengapresiasi atas sumbangsih Ahmad Amiruddin selama penugasan di UKM.

Saat kami menempuh pendidikan di UKM, murid-muridnya dengan bangga menceritakan selama diajar oleh beliau. Termasuk bagaimana Ahmad Amiruddin menyusun kamus kimia dan diantara buku yang masih dipakai sampai saat ini untuk proses pembelajaran di UKM.

Maka, Unhas dan UKM dapat menjadi dua perguruan tinggi yang memadukan kerjasama kultural dengan semangat kewilayah Sulawesi Selatan dan Selangor. Bersama-sama dengan itu pula sebuah perguruan tinggi dibawah kelolaan negeri Selangor, Universiti Selangor yang secara khusus mendirikan pusat studi Indonesia.

Maka, lawatan Menhan Prabowo ke Malaysia, dapat menjadi kesempatan untuk mengukuhkan kerjasama Indonesia-Malaysia melalui Sulawesi Selatan-Selangor. Ini menjadi peluang dimana dua wilayah ini selain menyimpan modal kultural, juga menjadi dua wilayah yang dapat menopang kerjasama Indonesia-Malaysia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *