Opini  

Kalosi: Kopi, Muhammadiyah, dan Gunung

Penulis: Ismail Suardi Wekke
(Direktur Ahmad Amiruddin Fellowship)

SULSELNEWS.id – Sepulang dari Enrekang, kenangan ini yang terlintas. Nama Kalosi, menempati dari sekian banyak nama yang terbaca sepanjang perjalanan. Menempuh Makassar ke Enrekang dan sebaliknya, melalui rute Pinrang.

Dua puluh lima tahun lalu, saat berkunjung ke sana menggunakan jalur Sidenreng Rappang. Sehingga menduga bahwa perjalanan kali ini tetap menggunakan jalan yang sama. Tentang sambungan melalui Pinrang ini, pernah didengar. Namun, katanya hanya dilalui kendaraan kecil.

Seiring dengan perbaikan jalanan yang semakin bagus. Rupanya tidak lagi hanya kendaraan kecil saja. Bahkan truk dan juga bis yang sampai ke Toraja, juga ada menggunakan jalan ini.

Semasa di Enrekang usai menghadiri undangan pernikahan, saya masih berkesempatan untuk menikmati semalam lagi. Walau topografi alam yang berbukit, tetapi signal telepon genggam tetap stabil. Begitu pula dengan fasilitas wifi yang ditulis dengan ejaan wife di salah satu penginapan sangat bagus.

Dalam artian, saya mengunggah 145 file ke Google Drive, hanya diselesaikan dalam hitungan satuan menit belaka. Sehingga sekalipun berada di kaki gunung, tidak menjadi halangan tersendiri dalam kaitan dengan akses internet. Enrekang menjadi salah satu rumah bersama bentangan gunung Latimojong. Gunung tertinggi di Sulawesi Selatan yang membentang sampai di Sulawesi Barat. Padahal, biasanya ketika lembah dan gunung bertemu, maka ini akan menjadi halangan tersendiri bagi trasnmisi koneksi internet.

***

Pertama, kopi. Bahkan dengan nama kopi Kalosi, dianggap sebuah nama yang paten. Tidak saja di pasar nasional, tetapi juga menjangkau pasar internasional. Dalam kesempatan berada di Nagoya, sebuah kedai kopi secara khsusus memajang jenis kopi ini sebagai salah satu sajian yang dihidangkan.

Padahal, dalam perjalanan inilah menyadari bahwa kata kedua itu, justru merupakan satu tempat di Enrekang. Bukan disebut kopi Enrekang, tetapi justru dengan kopi Kalosi.

Di Exelso secara khusus disebut kopi Kalosi Toraja. Untuk menamakan jenisnya, tetap dicantumkan Kalosi, sekalipun tumbuh dan dipanen di Toraja. Begitu pula dengan warung kopi tertentu, untuk menamakannya disebut kopi Kalosi Enrekang. Dimana kopi ini menjadi pembeda antara kopi jenis Kalosi yang tumbuh antara Enrekang atau Toraja.

Sementara pedagang kopi Semarang, justru menggandengkan antara Toraja-Enrekang dengan menyandingkan dalam merek kopi Arabika Kalosi Enrekang Toraja.

Kementrian Hukum melalui direktorat indikasi geografis menjelaskan kekhasan kopi Kalosi. Jenisnya adalah Arabica. Adapun kata Kalosi sendiri tetap digandengkan dengan Enrekang. Kekhasan kopi ini berada dalam dua hal yaitu rasa dan aroma yang khas.

Dipanggang dengan sempurna pada tingkat medium roast, Kopi Arabica Kalosi Enrekang memanjakan lidah dengan rasa manis yang menggoda dan sentuhan pedas yang unik. Sensasi ini berpadu indah dengan berbagai aroma khas yang memikat, bagaikan orkestra rasa yang memanjakan indra perasa.

Perpaduan rempah-rempah hangat, coklat yang kaya, buah-buahan segar, bunga yang harum, dan karamel yang manis menghasilkan pengalaman minum kopi yang tak terlupakan.

Lebih dari itu, Kopi Arabica Kalosi Enrekang telah mendapatkan sertifikat organik, bukti komitmen terhadap kualitas dan kelestarian lingkungan. Setiap biji kopi dipetik dengan cermat dan diolah dengan penuh ketelitian untuk menghasilkan secangkir kopi istimewa yang bebas cacat.

Kopi Arabica Kalosi Enrekang bukan lagi sekadar kopi, tetapi sebuah mahakarya rasa petani Kalosi. Jafar Hafsah menegaskan bahwa dalam soal pertanian, sejatinya memberi roh bagi tanaman. Maka, petani Kalosi telah memberikan roh bagi kopi yang dirawatnya sehingga menjadi kenikmatan tersendiri bagi penikmat kopi di seluruh dunia.

***

Selanjutnya, selain melekat dalam kopi, juga Enrekang terikat dengan Muhammadiyah. Dalam beberapa kesempatan diskusi menimpali pertanyaan “kenapa identita Muhammadiyah dan Islam begitu melekat?”. Tidak dapat dijawab secara eksakta. Hanya saja, kita dapat menyaksikan bagaimana perhelatan Musyawarah Wilayah Muhammadiyah Sulawei Selatan terakhir (2023) digelar di daerah ini.

Musywil ke-40 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Sulawesi Selatan menunjukkan semarak persatuan dan kemajuan bertempat di bumi Enrekang. Terlaksana 3 – 5 Maret 2023.
Ribuan kader Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah dari seluruh Sulawesi Selatan memadati Kabupaten Enrekang dalam rangka musywil. Acara yang berlangsung selama tiga hari ini menjadi momentum penting untuk memperkuat persatuan dan memajukan dakwah Muhammadiyah di Sulawesi Selatan.

Dengan lokasi beragam, semangat satu rangkaian persidangan Muhammadiyah di Aula Kantor Gabungan Dinas Kabupaten Enrekang. Kemudian Musywil ‘Aisyiyah berlokasi Pendopo Rumah Jabatan Bupati Enrekang. Sebelum itu, pembukaan: Lapangan Batili. Adapun pameran berada di Anjungan Sungai Mata Allo. Sementara Kejuaraan Wilayah Tapak Suci Putra Muhammadiyah bertanding di Gelanggang Olahraga Kabupaten Enrekang.

Musywil ke-40 ini tidak hanya diwarnai dengan agenda persidangan formal, tetapi juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan lain, seperti: Pameran amal usaha Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah.
Pelaksanaan Musywil ke-40 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Sulawesi Selatan telah berhasil menyusun pimpinan wilayah. Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah berkomitmen dalam pembangunan Kabupaten Enrekang dan Sulawesi Selatan. Diantaranya terlihat dengan tetap berdirinya SMA Muhammadiyah Kalosi di kecamatan Alla.

Menyandingkan kata Kalosi dan Muhammadiyah yang keduanya menjadi “merek” yang dikenali di tingkat global. Dari sini, terlihat Sulawesi Selatan yang menjadi rumah bagi pelbagai harta karun untuk terus dijaga, dikembangkan, dan dimajukan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *